Film Dangerous Mind merupakan sebuah
film yang menceritakan semangat dan kegigihan seorang guru yang bekerja keras
dalam menghadapi peserta didiknya. Dalam film tersebut di ceritakan tentang
seorang yang baru berprofesi menjadi guru dan baru pertama kalinya mengajar di
sekolah. Dia bernama Mrs. LouAnne Johnson. Sebelumnya ia adalah seorang mantan
marinir yang kemudian mengajukan sebuah lamaran kepada satu sekolah untuk
menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Ketika mengajukan lamaran, pihak
sekolah langsung menerimanya, karena guru sebelumnya telah mengundurkan diri. Seketika
itu juga, Mrs. Johnson langsung mengajar di kelasnya tanpa mengenali karakter
dari murid yang akan diajar. Tetapi kelas yang dia hadapi adalah kelas yang
paling tidak tertib dan sulit untuk diatur di sekolahan itu. Hari pertama
mengajar, dia langsung meninggalkan ruang kelasnya karena belum bisa
mengendalikan peserta didiknya. Kemudian guru itu mulai mencari metode yang
tepat untuk mengajar anak yang selalu mencari keributan di kelasnya itu. Hari
berikutnya, Mrs. Johson mulai menggunakan pendekatan terhadap muridnya. Karena
muridnya memiliki karakter yang suka keributan, maka pertama kalinya Mrs.
Johson mengajarkan karate kepada siswanya. Dengan teknik itu, guru itu dapat
mengambil perhatian muridnya, siswa merasa senang dan tertarik untuk belajar
karate. Kemudian Mrs. Johson mengajarkan kata yang krja dalam sebuah kalimat.
Oleh karena siswanya adalah siswa yang tidak disiplin, maka Mrs. Jhson
menggunakan kata yang tidak lazim digunakan dalam pendidikan. Sehingga pada
akhirnya dia dipanggil oleh kepala sekolah karena tidak sesuai dengan kurikulum
yang telah ditentukan.
Selanjutnya, Mrs. Johnson
menggunakan pendekatan pengubahan tingkah laku (behavior modification) yang
menganggap bahwa semua tingkah laku merupakan hasil belajar. Dia memberikan penguatan
positif terhadap siswanya, penguatan positif yang diberikan adalah berupa
penguatan sekunder bersyarat, seperti pujian dan memberikan hadian snack kepada
siswanya yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Dari situ siswa mendapat
sebuah stimulus dari seorang guru, kemudian siswa berusaha memberikan respons
karena mendapat motivasi dari gurunya. Bahkan tidak hanya itu, penguatan yang
diberikan tidak hanya berupa hadiah, tetapi juga diajak ke taman hiburan untuk
bersenang-senang. Selain itu, pendekatan proses kelompok juga dilakukan oleh
Mrs. Johnson. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas,
kemudian ada hadiah untuk pemenangnya, tetapi yang lain dalam satu kelas juga
sama diberikan hadiah, namun dalam bentuk barang yang berbeda. Banyak murid
yang tertarik untuk mengerjakan tugas ini. Bahkan banyak orang tidak menyangka
murid yang selalu ramai di kelas saat ini mau mengunjungi perpustakaan untuk
meminjam buku. Menurut Saya, Pendekatan lain yang juga dilakukan oleh Mrs.
Johnson adalah pendekatan evokasi. Pendekatan ini menekankan pada inisiatif
siswa untuk mengekspresikan dirinya secara spontan yang didasarkan pada
kebebasan dan kesempatan. Dalam hal ini seorang guru harus menciptakan kondisi
yang kondusif. Dengan kondisi yang kondusif siswa akan merasa akan adanya
“keterbukaan”, “persahabatan” sehingga memunculkan keberanian menyatakan apa
yang menjadi pemikirannya. Misalnya saja ketika pembelajaran tentang puisi yang
menggunakan liriknya Bob Dylan, siswa diberi kebebasan dan kesempatan untuk
membacakan syair yang telah dibuatnya. Mereka saling bergantian membaca hasil
tulisannya, karena diberikan kesempatan untuk mengekspresikan karya-karya
mereka. Selain itu, ketika Mrs. Johnson membacakan puisi Dylan yang berisi “Aku
tidak akan masuk ke tanah, karena ada yang bilang kematian akan datang”, dari
syair ini kemudian seorang guru memberikan kesempatan kepada Emilio untuk mengartikannya.
Emilio kurang sependapat dengan syair itu, karena ia berpendapat bahwa orang
akan masuk tanah kalau sudah mati. Dari kondisi yang kondusif yang diciptakan
oleh Mrs. Johson, siswa mempunyai keberanian menyatakan apa yang menjadi
pemikirannya. Metode dan
pendekatan-pendekatan tersebut ternyata
mampu menakhlukan para murid. sehingga Mrs. johnson mampu mengendalikan keadaan
di kelasnya.
Permasalahan lainnya juga muncul
dari latar belakang dalam keluarga dari setiap murid. Banyak murid yang berasal
dari keluarga yang kurang mampu dari segi ekonominya, sehingga ada beberapa
siswa yang membolos untuk membantu orang tua. Namun Mrs. Johnson begitu
perhatian kepada siswa-siswanya. Masalah lainya adalah masalah yang dialami
oleh Callie Roberts, seorang gadis yang luar biasa cerdas dan mahir dalam berbahasa
Inggris, tetapi dikeluarkan oleh pihak sekolahan pada pertengahan semester
karena ia sedang hamil. Mrs. Johnson melakukan kunjungan ke rumah (Home Visit) Callie dan membujuknya agar dia mau ke sekolah
lagi, karena keputusan mengeluarkan dia dari sekolah adalah bukan dari
keputusan anggota dewan bersama. Hal ini menunjukan bahwa Mrs. Johnson juga
melakukan pendekatan individu, dengan melakukan interaksi secara langsung
kepada individu (siswa) mengenai permasalahan yang dihadapi oleh siswanya
tersebut dan mencoba untuk membantu menyelesaikannya. Begitu juga ketika
siswnya yang bernama Raul dan Emilio sedanga mengalami konflik, mereka
berkelahi di sekolahan yang pada akhirnya Raul di skorsing oleh pihak sekolah.
Mrs. Johnson melakukan kunjungan ke rumah Emilio dan Raul, melakukan pendekatan
secara individu dan membantu menyelesaikan konflik yang mereka alami. Hal ini
juga bisa dikatakan bahwa Mrs. Johnson juga menggunakan pendekatan iklim sosio
emosional. Karena proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya
suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa lainnya. Konflik yang sama juga dialami Emilio dengan seorang
preman di luar sekolah, Emilio terancam akan dibunuh, Mrs. Johson mencoba untuk
memberikan bantuan. Namun ketika Emilio sedang tidak masuk kelas, Mrs. Johnson
mendapat kabar bahwa Emilio telah tewas terbunuh. Kemudia pada akhir tahun Mrs.
Johnson memutuskan untuk berhenti mengajar mereka, tetapi siswanya menolak dan
tetap ingin diajar oleh Mrs. Johnson.
Dari film Dangerous Mind ini, kita
banyak belajar bagaimana menjadi guru yang kreatif, kerja keras, pintar dan
tidak pernah putus asa. Selalu berusaha memilih dan menggunakan metode yang
sesuai dengan karakteristik siswa. Dengan memahami karakteristik siswa, maka
seorang guru akan lebih mudah dalam memilih metode yang akan digunakan. Dari
penjelasan diatas, dapat kita tarik kesimpulan tentang bagaimana kita
menerapkan metode mengajar yang cocok sesuai dengan karakter setiap murid kita,
bagaimana kita mendapat perhatian dari setiap murid, dan perlunya komunikasi
antara guru dengan murid dan komunikasi dengan masyarakat sekitar terutama keluarga
atau orang tua murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar